Tradisi Unik di Bali yang Diwariskan Turun Temurun

Budaya dan tradisi di Bali sudah diwariskan dari leluhur yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Tradisi Bali tersebut tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Banyak wisatawan yang berkunjung untuk melihat langsung tradisi unik yang ada.

Melihat langsung acara yang dilaksanakan di Bali tersebut akan membuat Anda merasakan nuansa kebudayaan yang sangat kental. Bali memang dikenal memiliki banyak upacara adat dan keagamaan yang sakral. Bagi masyarakat Indonesia, hal ini dapat menjadi kebanggaan karena membuat Indonesia memilki banyak kekhasan. Berikut beberapa tradisi unik di Bali.

Ngayah

Ngayah merupakan gotong-royong yang dilaksanakan masyarakat Bali. Tradisi ini sudah dilakukan masyarakat Bali sejak zaman dahulu dan pelaksanaannya tidak ada hari khusus. Gotong-royong merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Tujuannya adalah untuk menjaga semangat berbagi dan kebaikan antar sesama.

Mesyusak

Tradisi unik Bali selanjutnya adalah Mesyusak. Tradisi ini dilaksanakan pada hari raya Kuningan atau sepuluh hari setelah hari raya Galungan di Kecamatan Tabanan. Mesyusak sendiri berarti berteriak atau bersorak. Pada tradisi ini, masyarakat akan melemparkan uang ke udara kemudian mereka akan berebut untuk mengambil.

Nominal uang tergantung dari kondisi masing-masing. Tradisi unik ini bertujuan untuk penghormatan bagi para leluhur yang datang di hari daya Galungan. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi Mesyusak dapat datang sebelum harii raya Kuningan.

Nyakang Diwang

Nyakang Diwang merupakan tradisi masyarakat Bali yang dilaksanakan setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Nyakang Diwang dilaksanakan masyarakat Desa Pakraman Banjar, Kabupaten Buleleng dengan melakukan acara masak bersama di luar rumah. Tradisi unik di Bali tersebut bertujuan untuk menjalin keakraban antar warga dan menyucikan lingkungan.

Pawai Onggoh-Onggoh

Ini merupakan tradisi unik di Bali yang banyak menarik wisatawan. Parai Onggoh-Onggoh adalah tradisi berkeliling sambil membawa waksasa besar dengan wajah yang seram. Tradisi ini dilaksanakan pada malam hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi. Raksasa besar dengan wajah yang menyeramkan tersebut dipercaya dapat menghilangkan pengaruh buruk bagi masyarakat Bali.