Prospek Saham Batu Bara Direvisi Turun di Tengah Penurunan Harga NEWC, Ini Alasannya!

Tekanan harga global dan melemahnya permintaan China membuat prospek saham batu bara bergerak ke arah yang lebih hati hati. (fortuneidn.com)

Prospek saham batu bara memasuki periode yang lebih menantang seiring melemahnya harga komoditas di pasar global. Berbagai indikator menunjukkan tekanan yang signifikan pada harga batu bara, terutama akibat permintaan yang menurun dari China.

Negeri itu masih menjadi konsumen terbesar batu bara dunia sehingga perubahan kebijakan energi dan tingginya stok domestik memberi dampak langsung pada pasar internasional.

Riset CGS International Sekuritas Indonesia mencatat persediaan batu bara di China mencapai 714 juta ton pada Oktober 2025. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding rata rata lima tahun terakhir sehingga menekan impor hingga turun 11 persen sepanjang sepuluh bulan pertama 2025.

Pada saat yang sama, porsi pembangkit berbasis batu bara di China terus menurun karena energi terbarukan semakin dominan dalam bauran listrik mereka.

Kondisi ini membuat harga batu bara acuan NEWC diproyeksikan stabil di kisaran 95 dolar AS per ton pada tahun fiskal 2026 dan turun lagi menjadi 90 dolar per ton pada 2027. Angka tersebut lebih rendah dibanding proyeksi 2025 yang berada di sekitar 110 dolar per ton.

Konsekuensinya, sejumlah emiten batu bara mengalami revisi penurunan laba bersih antara 4 sampai 13 persen. Emiten besar seperti UNTR, ITMG, dan PTBA masuk dalam kelompok yang mengalami tekanan paling besar akibat kombinasi harga jual yang lebih rendah dan biaya operasional yang meningkat.

Prospek Saham Batu Bara Lesu, Harga Global Turun dan Permintaan Melemah

Kondisi sektor yang melemah juga berdampak pada potensi dividen. Dividend yield yang selama ini menjadi daya tarik utama saham batu bara diperkirakan hanya berada pada rentang 4 sampai 10 persen untuk periode 2025 hingga 2026.

Rata rata yield sektor ini diproyeksikan sekitar 6 hingga 7 persen, lebih rendah dari periode sebelumnya. Sekuritas menilai pasar masih memiliki harapan dividen yang terlalu tinggi karena belum sepenuhnya menyesuaikan dengan penurunan estimasi laba emiten.

Dalam laporan terbaru, CGSI menurunkan pandangan sektor menjadi underweight dan memberikan rekomendasi reduce untuk ITMG dan PTBA. Beberapa risiko tambahan juga disebutkan, seperti potensi penurunan harga global dan belum stabilnya permintaan internasional.

Prospek saham batu bara menghadapi tekanan kuat akibat melemahnya permintaan global, turunnya harga komoditas, dan berkurangnya potensi dividen. Investor diingatkan lebih cermat membaca arah pasar dalam beberapa bulan ke depan.

Demikian informasi seputar analisa prospek saham batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Wisatahouse.Com.