Pemerintah India mengklarifikasi bahwa tidak ada rencana untuk menerapkan pembatasan ekspor beras pratanak non-basmati. Menteri Pangan India, Sanjeev Chopra dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada proposal atau rencana larangan ekspor beras pratanak yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah. Pernyataan tersebut disampaikan sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan pada Selasa (22/8), sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Ekspor beras pratanak merupakan bagian penting dari ekonomi India, menyumbang hampir sepertiga dari total ekspor beras negara tersebut. Meskipun demikian, saat ini India memiliki stok beras yang tiga kali lipat lebih besar dari target yang telah ditetapkan untuk tahun ini. Hal ini membuat pemerintah berpendapat bahwa tidak ada rencana pembatasan ekspor beras pratanak saat ini.
Prem Garg, Presiden Federasi Eksportir Beras India, menyatakan bahwa persediaan beras di India lebih dari cukup. Dengan stok surplus yang dimiliki oleh pemerintah dan pasar terbuka, serta diperkirakan panen baru akan datang dalam beberapa bulan ke depan, tidak ada alasan untuk mengambil langkah pembatasan ekspor beras pratanak.
Pasar Pangan Asia Terkejut dengan Berita Pembatasan Ekspor Beras
Beberapa bulan yang lalu, pasar pangan Asia dikejutkan oleh pengumuman bahwa India akan menghentikan ekspor beras. Langkah ini diberlakukan pada tanggal 20 Juli 2023 dan memicu kekhawatiran mengenai kenaikan harga pangan global, karena India adalah salah satu eksportir beras terbesar di dunia.
Langkah larangan ekspor beras non-basmati diumumkan oleh Kementerian Pertanian India sebagai respons terhadap kenaikan harga beras sebesar 3 persen dalam satu bulan. Kegagalan panen di beberapa wilayah produksi beras utama seperti Punjab dan Haryana mempengaruhi ketersediaan beras di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengubah kebijakan ekspor guna memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup dan menahan kenaikan harga di pasar domestik.
Kebijakan larangan ekspor beras India berdampak langsung pada harga beras global yang melonjak mencapai level tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Hal ini dikhawatirkan akan memicu lonjakan inflasi pangan di seluruh Asia. Pasar pangan dunia saat ini mengalami volatilitas harga yang meningkat, terutama karena kondisi cuaca seperti pola El Nino yang dapat mengganggu produksi tanaman.
Badan Pangan PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) telah memberikan peringatan bahwa kenaikan harga beras yang mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir dapat memicu lonjakan inflasi pangan di Asia. Harga beras yang terus meningkat memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang bergantung pada beras sebagai makanan pokok.
Dengan ketidakpastian pasar dan volatilitas harga pangan yang semakin meningkat, para ahli memperkirakan bahwa volatilitas tersebut akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Pengaruh cuaca dan kebijakan pemerintah akan menjadi faktor penentu dalam pergerakan harga beras dan pangan secara keseluruhan. Kira-kira sejauh mana larangan ekspor beras India bakal berpengaruh pada dunia nantinya?