Ua Pua disebut dalam bahasa melayu “Sirih Puan” yaitu satu rumpun tangkai bunga telur warna-warni yang ditempatkan ke dalam sebuah wadah segi empat. Jumlah bunga telur berjumlah 99 (Sembilan Puluh Sembilan) tangkai yang sesuai dengan lafal Asma’ul Husna. Kemudian di tengah-tengahnya ada Kitab Suci umat Islam yaitu Al-Qur’an.
U’a Pua ditempatkan ditengah sebuah Rumah Mahligai (Bima: Uma Lige) yang berbentuk segi empat berukuran 4×4 meter/segi. Bentuk dari Uma Lige dari keempat sisinya terbuka. Atap bersusun dua, sehingga para penari lenggo Mbojo yang terdiri dari empat orang gadis, dan penari lenggo melayu yang terdiri dari empat orang perjaka, beserta para penghulu melayu dan pengikutnya yang berada di atas dapat dilihat oleh seluruh mayarakat.
Uma Lige tersebut diusung oleh 44 orang pria yang berbadan kekar sebagai simbol dari keberadaan 44 dari Mbojo yang terbagi menurut 44 jenis keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya sebagai bagian dari struktur Pemerintahan keSultanan Bima. Pawai start dari kampung melayu menuju Istana Bima untuk diterima oleh Sultan Bima dengan Amanah yang harus dikerjakan bersama yaitu memegang teguh ajaran Agama Islam.
Tujuan dari perayaan U’a Pua adalah Antara Lain :
- Untuk memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
- Untuk mengenang kembali sejarah masuknya agama Islam di Tanah Bima dan sekaligus sebagai wahana penghormatan atas jasa-jasa para penghulu Melayu beserta seluruh kaum keluarga yang telah menyebarkan agama Islam di Tanah Bima.
- Meningkatkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Islam yang bersumber dari Kitab Suci Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bima dan ditunjukan dengan penyerahan Kitab Suci Al-Qur’an kepada Sultan sebagai pemimpin untuk dilaksanakan secara bersama-sama dengan seluruh rakyat.
Prosesi Upacara Hanta U’a Pua
Sebelum acara inti upacara adat “Hanta U’a Pua” dilaksanakan di Istana KeSultanan Bima, pada tanggal 12 Rabiul Awwal malam diselenggarakan Dzikir Maulud di Istana yang diikuti oleh Majelis Adat Dana Mbojo, pejabat pemerintahan serta masyarakat umum.
Dzikir ini diadakan untuk memperingati hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Sembari Dzikir berlangsung, oleh beberapa orang dilakukan kegiatan pengirisan daun pandan untuk membuat “bunga bareka”. Yaitu daun pandan yang dicampur dengan kembang-kembang dan wangi-wangian yang akan dibagikan kepada para peserta dzikir dan tamu.
Beberapa hari kemudian, upacara adat Hanta U’a Pua digelar dengan disaksikan oleh seluruh masyarakat Bima. Upacara Adat Hanta U’a Pua ini merupakan iring-iringan Uma Lige yang diusung oleh 44 orang. Setiap sudutnya berjumlah 11 orang yang menggambakan keberadaan 44 kelompok masyarakat dari Mbojo. Kelompok asli Dou Dana Mbojo sesuai dengan jenis keahli-annya, misalnya dari Ngali -kelompok yang menjadi guru ngaji, Dari Bedi –kelompok untuk menjadi tentara.
Uma Lige tersebut membawa Penghulu Melayu, yang mengantarkan rumpun Bunga Dolu 99 buah melambangkan 99 nama Allah Asmaul Husna dan sebuah Al-Qur’an untuk disampaikan kepada Sultan Bima. Iring-iringan Penghulu Melayu terdiri dari empat putri penari Lenggo Mbojo dan empat putra penari Lenggo Melaju merupakan perpaduan seni budaya tradisional Bima dan Melayu. Diiringi pula oleh musik Genda Mbojo. Uma Lige diusung hingga depan serambi istana di mana Sultan dan pembesar kerajaana dan tamu-tamu sudah menunggu.
Rombongan Penghulu Melayu kemudian menyerahkan Bunga Dolu dan Al-Qur’an sebagai lambang perjanjian antara Sultan pertama yang masuk Islam Sultan Abdul Kahir dengan pendekar pembawa Agama Islam pertama di Bima yaitu Datuk Ribanda dan Datuk Ditiro. Penghulu Melayu merupakan keturunan dari pendekar yang membawa Islam pertama kali di Bima.
Iring-iringan Uma Lige ini disambut Tari Sere yang mengantar Uma Lige sampai ke tangga istana. Pada posisi depan masuklah Jara Wera yang berlari kencang mendahului Uma Lige. Di belakang pasukan Laskar Suba Na’e berjalan Uma Lige yang diiringi oleh keluarga besar Kampung Melayu, mereka adalah tamu kehormatan dalam upacara adapt ini. Setelah uma Lige sampai di tangga istana diturunkan lalu turunlah Penghulu Melayu untuk mengantarkan rumpun Bunga Telur dengan Al-Qur’an yang diserahkan kepada Sultan Bima.
Setelah penyerahan Al-Qur’an lalu digelar tari Lenggo Mbojo dan Lenggo Melayu dihadapan para undangan disaksikan masyarakat umum. Di akhir acara Bunga Dolu dibagikan oleh Sultan kepada Masyarakat Bima yang hadir sebagai simbol membagi berkah kepada rakyat sekaligus menandakan kerajaan sangat peduli kepada kemakmuran rakyatnya. Dengan berakhirnya pembagian Bunga Dolu ini, maka berakhir pulalah seluruh rangkaian upacara adapt Hanta U’a Pua