Pamedek (umat yang hendak tangkil sembahyang) tidak boleh sembarangan masuk ke Pura Batu Kursi, yang berlokasi di bukit perbatasan Banjar Kembang Sari dan Banjar Pala Sari, Desa Pakraman Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Sebelum naik tangga menuju Pura Batu Kursi, pamadek lebih dulu harus tangkil ke Pura Pemuteran, yang memiliki empat tirta berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Pura Pemuteran berada di bawah perbukitan Pura Batu Kursi. Sebelum menuju Pura batu Kursi, pamadek wajib lebih dulu tangkil ke Pura Pemuteran. Pasalnya, Pura Batu Kursi adalah pura penyangga dari Pura Pemuteran, yang merupakan Pura Dang Kahyangan. Posisi Pura Pemuteran sama seperti empat Pura Dang Kahyangan lainnya di Desa Pakraman Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak yang berlokasi sekitar 1 kilometer arah timur, yakni Pura Pulaki, Pura Pabean, Pura Melanting, dan Pura Kerta Kawat.
Jauh sebelum Dang Hyang Nirartha menginjakkan kaki ke Bali Utara, menurut Jro Mangku Wirdika, Pura Pemuteran sudah ada. Kala itu, pura ini bernama Pura Taman Mutering Jagat, yang merupakan stana Dewa Ayu Manik Taman Mutering Jagat.
Setelah abad XIV, Dang Hyang Nirartha sebagai orang suci dari Jawa yang menyebarkan ajaran Hindu ke Bali, sempat singgah di Pura Pemuteran. Saat itu, dengan pengetahuannya, Dang Hyang Nirartha mampu memutar bajra hingga muncul sumber mata air suci (tirta) di empat lokasi berdekatan di Pura Pemuteran.
Empat sumber tirta yang muncul berkat bajra Dag Hyang Nirartha itu berada di Utama Mandala Pura Pemuteran. Sumber tirta ini memiliki suhu, bau, dan rasa berbeda-beda. Hal itu dapat dirasakan jelas saat mengenai tangan. Keempat sumber tirta ini dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan beragam peyakit.
Sumber tirta pertama terletak di sisi paling timur Utama Mandala Pura Pemuteran diselimuti dengan kain warna putih. Suhu air hangat kuku, kadang dingin dan tidak berbau. Tirta ini kerap dipakai untuk panglukatan seseorang yang memiliki dosa semasa hidupnya, seperti durhaka kepada orangtua dan dosa lainnya.
Sedangkan sumber tirta kedua (di sebelah barat) diselimuti dengan kain warna merah. Tirta ini duhunya lebih panas dan berbau belerang. Air suci ini biasa dipakai untuk panglukatan seseorang yang mengalami pekarangan pemalinan dan angker.
Sementara sumber tirta ketiga diselimuti kain hitam dan berbau belerang. Tirta ini bersuhu lebih panas dari yang diselumuti kain putih, namun lebih dingin dari yang diselimuti kain merah. Tirta ini biasanya dipakai mengobati orang yang sakit karena Ilmu hitam, babainan, kena guna-guna, kesurupan.
Terakhir, sumber tirta keempat posisinya paling barat, diselimuti dengan kain kuning. Tirta ini berbau belerang dan bersuhu hampir sama dengan mata air yang diselimuti kain merah. Tirta ini dipercaya dapat mengobati segala jenis penyakit kulit.
Sebagai Pura Persinggahan Dang Hyang Nirartha, Pura Pemuteran juga seringkali memberikan petunjuk alam ketika akan terjadi peristiwa besar. Salah satunya, tirta dari empat sumber mata air yang ada di Pura Pemuteran pernah mendadak berbau menyengat dari jarak jauh. Namun, saat didekati dan disentuh dengan tangan, baunya menghilang. Fenomena alam ini, kata Jro Mangku Wirdika, terjadi sebelum bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Terkadang, muncul juga pertanda alam lainnya di Pura Pemuteran. Misalnya, mendadak turun hujan siang hari hanya di areal Pura Pemuteran dan sekitarnya. Peristiwa ini diyakini krama setempat sebagai pertanda buruk akan terjadinya bencana. Piodalan di Pura Dang Kahyangan Pemuteran sendiri dilaksanakan setahun sekali pada Purnamaning Kapat, bersamaan dengan pujawali di Pura Dang Kahyangan Pulaki.