
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatat penurunan kinerja keuangan pada semester I 2025 akibat rontoknya harga batu bara. Laba bersih anjlok 29,51 persen menjadi US$90,98 juta atau Rp 1,49 triliun. Pendapatan juga tertekan 19 persen menjadi US$919 juta dibandingkan periode sama tahun lalu.
Direktur ITMG, Junius Prakarsa Darmawan menyebut rata-rata harga jual batu bara turun dari US$81 per ton menjadi US$74 per ton. Penurunan tersebut berdampak langsung pada EBITDA yang tercatat hanya US$72 juta. Sementara laba bersih perusahaan pada kuartal II 2025 hanya mencapai US$28 juta.
Strategi Efisiensi di Tengah Penurunan Harga Batu Bara
Meski tertekan harga, ITMG tetap melakukan efisiensi operasional. Biaya operasional berhasil ditekan menjadi US$55 per ton dari sebelumnya US$56 per ton. Penghematan ini dicapai melalui penurunan biaya sewa alat berat dan optimalisasi produksi.
Dari sisi keuangan, posisi kas perusahaan tercatat US$1 miliar per Juni 2025. Arus kas operasi mencapai US$281 juta meski ada arus keluar untuk dividen sebesar US$153 juta. Struktur permodalan juga sehat dengan rasio debt to equity hanya 0,03 kali.
Direktur ITMG, Yulius Kurniawan Gozali optimistis harga batu bara akan lebih stabil pada semester II. Selain itu, produksi perusahaan diproyeksikan meningkat setelah naik 12 persen menjadi 10,4 juta ton hingga Juni 2025. Volume penjualan juga tumbuh 8 persen menjadi 11,7 juta ton year-on-year.
Meski penurunan harga batu bara menekan laba ITMG pada semester I 2025, prospek semester II terlihat lebih cerah. Stabilitas harga dan peningkatan produksi diharapkan menjadi penopang pemulihan kinerja keuangan perusahaan.
Demikian informasi seputar tren harga batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Wisatahouse.Com.