Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) mengungkapkan bahwa hingga Maret 2024, alokasi investasi dana pensiun (dapen) masih mendominasi di Surat Berharga Negara (SBN). Meskipun demikian, tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam alokasi investasi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Bambang Sri Mulyadi, Staf Ahli ADPI memaparkan alokasi investasi pada kuartal pertama tahun 2024 menunjukkan bahwa 35,65% berada di SBN, 18,98% di Obligasi Korporasi, 11,28% di Saham dan Reksadana, serta 25,09% di Deposito.
Alasan utama di balik dominasi investasi pada SBN adalah karena dianggap aman dan terhindar dari risiko default. Meskipun demikian, prospek investasi dana pensiun ke depannya diprediksi cukup baik, terutama jika mendapatkan dukungan dari stabilitas kebijakan terhadap pembangunan infrastruktur dan smelter. Hal ini diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kenaikan imbal hasil investasi.
Namun, Bambang juga menyoroti kemungkinan sentimen negatif di masa depan yang dapat memengaruhi kinerja dana pensiun. Salah satunya adalah jika terjadi penurunan tajam dan fluktuatif nilai Rupiah, kenaikan tingkat suku bunga acuan, serta tingginya tingkat inflasi.
Dalam konteks investasi dana pensiun ini, manajemen dana pensiun perlu memperhatikan berbagai faktor eksternal yang dapat memengaruhi kinerja investasi mereka. Meskipun SBN masih mendominasi, diversifikasi portofolio investasi juga menjadi hal penting untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan imbal hasil jangka panjang.
Sebagai bagian dari strategi pengelolaan risiko, dana pensiun perlu terus melakukan evaluasi terhadap kondisi pasar dan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Dengan demikian, mereka dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjaga keberlangsungan keuangan peserta pensiun dan memastikan kesejahteraan mereka di masa pensiun nanti.
Demikian informasi seputar perkembangan sektor investasi dana pensiun. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Wisatahouse.Com.