Selalu ada celah bagi manusia untuk terus bersyukur, termasuk di masa pandemi Covid-19. Salah satu yang patut disykuri adalah penurunan polusi udara. Beberapa wilayah tercatat mengalami penurunan tingkat polusi udara setelah Covid-19 mewabah. Dari hal ini lalu timbul pertanyaan, bagaimana potensi penurunan polusi debu batubara di Celukan Bawang Bali?
Seperti yang diketahui, Celukan Bawang jadi wilayah aktif bagi proses pengolahan batubara untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Bali. Aktivitas pengolahan batubara memang tidak berhenti di tengah pandemi demi ketersediaan listrik, namun sebagian besar aktivitas masyarakat berkurang.
Lalu, Adakah Kemungkinan Penurunan Polusi di Celukan Bawang?
Pada dasarnya polusi udara terjadi karena banyak faktor, mulai dari limbah industri, asap kendaraan, dan masih banyak lagi. Sebagai tuan rumah pembakaran batubara sekaligus kawasan wisata, Celukan Bawang berpotensi memiliki tingat polusi udara yang tinggi. Lalu bagaimana tingkat polusi wilayah itu saat pandemi?
Untuk menjawab pertanyaan di atas perlu diketahui dulu bahwa China melaporkan adanya penurunan polusi udara saat Covid-19 menyebar. Penurunan bahkan tidak hanya terjadi di Wuhan sebagai pusat pertama kali ditemukannya virus, namun di ibu kota China, Beijing.
Hal yang sama terjadi di beberapa wilayah di negara lain. Amerika Serikat misalnya, yang selama ini mengandalkan sektor wisata dan industri. Penurunan polusi menurun saat negara itu dilanda Covid-19.
Berdasarkan satelit pengawas polusi di atmosfer, citra satelit menunjukkan adanya penurunan polusi di beberapa wilayah AS, termasuk Los Angeles, Seattle, New York, Chicago, dan Atlanta.
Penurunan polusi tentu dialami oleh Indonesia. Informasi ini didasarkan pada laporan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Dilansir dari situs resminya, LAPAN mendeteksi adanya penurunan partikel halus polutan udara di atas wilayah Indonesia bagian barat.
Penurunan didasarkan dari data satelit yang dikeluarkan The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS). Penurunan partikulat (PM10) rata-rata terjadi pada bulan Maret 2020. Hal ini terjadi karena aktivitas manusia, industri, dan transportasi banyak yang terhenti, baik yang ada di Indonesia sendiri maupun negara tetangga.
Tentu saja pembatasan aktivitas luar rumah tidak hanya diberlakukan di Jakarta, namun berlaku di semua wilayah Indonesia, termasuk Bali, Celukan Bawang. Pemerintah telah menghentikan aktivitas pariwisata dan sebagian industri untuk sementara agar rantai persebaran Covid-19 bisa terputus.
Jika Jakarta bisa menunjukkan penurunan polusi karena adanya pembatasan aktivitas, hal yang sama tentu bisa terjadi di Celukan Bawang. Seperti yang diketahui, Pemprov Bali juga memberlakukan keputusan yang mirip dengan Jakarta.
Aktivitas kepariwisataan Celukan Bawang sebagian besar telah dihentikan, beberapa industri juga berhenti. Sayangnya proses pembakaran batubara tak bisa dihentikan demi ketersediaan listrik di Bali.
Namun, penurunan polusi debu batubara di Celukan Bawang tentu dapat diminimalisir. Sehingga polusi udara di Bali kemungkinan besar berkurang seperti halnya yang terjadi di Jakarta.