Industri Besi baja di Indonesia jadi salah satu sumber pendapatan negara. Industri tersebut merujuk pada industri yang memproduksi jenis baja maupun turunannya. Nantinya, produk tersebut dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai dari konstruksi, manufaktur, otomotif, alat rumah tangga, dan masih banyak lagi.
Saat ini industri besi baja Tanah Air terus dimaksimalkan. Pada dasarnya potensi yang dimiliki Indonesia pada sektor tersebut cukup besar, namun jika dibandingkan dengan negara lain produsen baja seperti China, Jepang, atau India, kapasitas produksi serta konsumsi baja masih sangat rendah. Lalu bagaimana perkembangan industri baja Indonesia di masa depan?
Prediksi Industri Besi Baja di Indonesia
Di tahun 2024, optimisme pertumbuhan industri baja mulai muncul. Hal itu dipicu oleh dorongan dari proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang membutuhkan banyak baja sebagai salah satu material konstruksinya.
Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Purwono Widodo mengatakan bahwa permintaan baja meningkat tahun ini. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengatakan, di tahun 2024 ada proyeksi permintaan baja naik hingga mencapai 1,9% atau sekitar 18,49 juta metrik ton.
“Prospek permintaan baja di Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh positif sebesar 5,2-5,3% pada 2024 mendatang,” tutur Purwono, dikutip Kamis, 15 Agustus.
Ia juga mengatakan bahwa dari total konsumsi baja, sektor konsumsi mencapai 76%. Permintaan sendiri didorong oleh proyek IKN yang diperkirakan membutuhkan baja hingga 9,5 juta ton sampai proyek tersebut selesai.
Menurut proyeksinya, penjualan baja tahun 2024 juga diprediksi membaik karena pertumbuhan ekonomi nasional capai 5,2%. Selain itu faktor lain yang mempengaruhinya adalah adanya peningkatan belanja infrastruktur pemerintah mencapai 7,9%, dan sektor pengguna baja lain diketahui tumbuh. Sektor tersebut mencakup otomotif, peralatan rumah tangga, produk elektronik, dan industri lainnya.
Purwono menilai, tahun ini kinerja baja nasional akan mengalami peningkatan sebesar 5,2% (CAGR 2020-2023) atau menjadi 18,3 juta ton.
Tak sampai situ saja. Produksi dan ekspor baja juga diprediksi mengalami pertumbuhan hingga mencapai 15,9 juta untuk produksi, dan 7,1 juta ton baja untuk diekspor.
Menurut Purwono, faktor yang ikut mendorong perminaan baja domestik jadi naik adalah infrastruktur yang jadi konsumen baja domestik capai 76% pada total konsumsi baja. Selain konstruksi, sebesar 12% konsumsi di sektor otomotif, kemudian baja konsumsi untuk rumah tangga capai 3.5%, serta sektor transportasi dan juga industri permesinan.
Optimalisasi TKDN juga ikut memacu pertumbuhan daya saing industri baja domestik dengan begitu akan menambah angka permintaan baja domestik sekaligus mendorong konsumen untuk menggunakan baja lokal.
Terkait hal tersebut, Corporate Secretary Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) Johannes W. Edward juga mengemukakan optimismenya terhadap kinerja bisnis baja tahun 2024. Menurutnya, ISSP dapat meningkatkan pendapatannya di tahun ini mencapai 10%. Optimisme ini tidak muncul begitu saja. Pasalnya peluang pasar baja saat ini menunjukkan tren positif di Tanah Air.
Meski demikian ia juga mengatakan bahwa pasar baja global hingga saat ini belum menentu. Namun, pihaknya melihat peluang besar pada prospek pasar Tanah Air. Di tahun ini industri besi baja di Indonesia penjualannya tumbuh setidaknya minimal secara moderat 10%.